Showing posts with label Artikel Bagus. Show all posts
Showing posts with label Artikel Bagus. Show all posts

Saturday, May 11, 2013

Sekolah Para Binatang

-- SEBUAH RENUNGAN UNTUK PARA ORANG TUA, GURU & PETINGGI NEGERI --


Syahdan di tengah-tengah hutan belantara Sumatera berdirilah sebuah sekolah untuk para binatang dengan status “disamakan dengan manusia”, sekolah ini dikepalai oleh seorang manusia.

Karena sekolah tersebut berstatus “disamakan”, maka tentu saja kurikulumnya juga harus mengikuti kurikulum yang sudah standar dan telah ditetapkan untuk manusia.

Kurikulum tersebut mewajibkan bahwa untuk bisa lulus dan mendapatkan ijazah ; setiap siswa harus berhasil pada lima mata pelajaran pokok dengan nilai minimal 8 pada masing-masing mata pelajaran.

Adapun kelima mata pelajaran pokok tersebut adalah; Terbang, Berenang, Memanjat, Berlari dan Menyelam

Mengingat bahwa sekolah ini berstatus “Disamakan dengan manusia”, maka para binatang berharap kelak mereka dapat hidup lebih baik dari binatang lainya, sehingga berbondong-bondonglah berbagai jenis binatang mendaftarkan diri untuk bersekolah disana; mulai dari; Elang, Tupai, Bebek, Rusa dan Katak

Proses belajar mengajarpun akhirnya dimulai, terlihat bahwa beberapa jenis binatang sangat unggul dalam mata pelajaran tertentu;

Elang sangat unggul dalam pelajaran terbang; dia memiliki kemampuan yang berada diatas binatang-binatang lainnya dalam hal melayang di udara, menukik, meliuk-liuk, menyambar hingga bertengger didahan sebuah pohon yang tertinggi.

Tupai sangat unggul dalam pelajaran memanjat; dia sangat pandai, lincah dan cekatan sekali dalam memanjat pohon, berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Hingga mencapai puncak tertinggi pohon yang ada di hutan itu.

Sementara bebek terlihat sangat unggul dan piawai dalam pelajaran berenang, dengan gayanya yang khas ia berhasil menyebrangi dan mengitari kolam yang ada didalam hutan tersebut.

Rusa adalah murid yang luar biasa dalam pelajaran berlari; kecepatan larinya tak tertandingi oleh binatang lain yang bersekolah di sana. Larinya tidak hanya cepat melainkan sangat indah untuk dilihat.

Lain lagi dengan Katak, ia sangat unggul dalam pelajaran menyelam; dengan gaya berenangnya yang khas, katak dengan cepatnya masuk kedalam air dan kembali muncul diseberang kolam.

Begitulah pada mulanya mereka adalah murid-murid yang sangat unggul dan luar biasa dimata pelajaran tertentu. Namun ternyata kurikulum telah mewajibkan bahwa mereka harus meraih angka minimal 8 di semua mata pelajaran untuk bisa lulus dan mengantongi ijazah.

Inilah awal dari semua kekacauan.itu; Para binatang satu demi satu mulai mempelajari mata pelajaran lain yang tidak dikuasai dan bahkan tidak disukainya.

Burung elang mulai belajar cara memanjat, berlari, namun sayang sekali untuk pelajaran berenang dan menyelam meskipun telah berkali-kali dicobanya tetap saja ia gagal; dan bahkan suatu hari burung elang pernah pingsan kehabisan nafas saat pelajaran menyelam.

Tupaipun demikian; ia berkali-kali jatuh dari dahan yang tinggi saat ia mencoba terbang. Alhasil bukannya bisa terbang tapi tubuhnya malah penuh dengan luka dan memar disana-sini.

Lain lagi dengan bebek, ia masih bisa mengikuti pelajaran berlari meskipun sering ditertawakan karena lucunya, dan sedikit bisa terbang; tapi ia kelihatan hampir putus asa pada saat mengikuti pelajaran memanjat, berkali-kali dicobanya dan berkali-kali juga dia terjatuh, luka memar disana sini dan bulu-bulunya mulai rontok satu demi satu.

Demikian juga dengan binatang lainya; meskipun semua telah berusaha dengan susah payah untuk mempelajari mata pelajaran yang tidak dikuasainya, dari pagi hingga malam, namun tidak juga menampakkan hasil yang lebih baik.

Yang lebih menyedihkan adalah karena mereka terfokus untuk dapat berhasil di mata pelajaran yang tidak dikuasainya;

perlahan-lahan Elang mulai kehilangan kemampuan terbangnya; tupai sudah mulai lupa cara memanjat, bebek sudah tidak dapat lagi berenang dengan baik, sebelah kakinya patah dan sirip kakinya robek-robek karena terlalu banyak berlatih memanjat. Katak juga tidak kuat lagi menyelam karena sering jatuh pada saat mencoba terbang dari satu dahan ke dahan lainnya.

Dan yang paling malang adalah Rusa, ia sudah tidak lagi dapat berlari kencang, karena paru-parunya sering kemasukan air saat mengikuti pelajaran menyelam.

Akhirnya tak satupun murid berhasil lulus dari sekolah itu; dan yang sangat menyedihkan adalah merekapun mulai kehilangan kemampuan aslinya setelah keluar dari sekolah.

Mereka tidak bisa lagi hidup dilingkungan dimana mereka dulu tinggal, ya.... kemampuan alami mereka telah terpangkas habis oleh kurikulum sekolah tersebut. Sehingga satu demi satu binatang-binatang itu mulai mati kelaparan karena tidak bisa lagi mencari makan dengan kemampuan unggul yang dimilikinya..

Tidakkah kita menyadari bahwa sistem persekolahan manusia yang ada saat inipun tidak jauh berbeda dengan sistem persekolahan binatang dalam kisah ini. Kurikulum sekolah telah memaksa anak-anak kita untuk menguasai semua mata pelajaran dan melupakan kemampuan unggul mereka masing-masing.

Kurikulum dan sistem persekolahan telah memangkas kemampuan alami anak-anak kita untuk bisa berhasil dalam kehidupan menjadi anak yang hanya bisa menjawab soal-soal ujian.

Akankah nasib anak-anak kita kelak juga mirip dengan nasib para binatang yang ada disekolah tersebut?

By Thomas Amstrong 1990
Modify by Ayah Edy 2003

Keluarga Indonesia yg peduli pendidikan anak bangsa,

Bila kita kaji lebih jauh produk dari sistem pendidikan kita saat ini bahkan jauh lebih menyeramkan dari apa yang digambarkan oleh fabel tersebut; bayangkan betapa para lulusan dari sekolah saat ini lebih banyak hanya menjadi pencari kerja dari pada pencipta lapangan kerja, betapa banyak para lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan yang digelutinya selama bertahun-tahun, sebuah pemborosan waktu, tenaga dan biaya.

Betapa para lulusan sekolah tidak tahu akan dunia kerja yang akan dimasukinya, jangankan kemapuan keahlian, bahkan pengetahuan saja sangatlah pas-pasan, betapa hampir setiap siswa lanjutan atas dan perguruan tinggi jika ditanya apa kemampuan unggul mereka, hampir sebagian besar tidak mampu menjawab atau menjelaskannya.

Begitupun setelah mereka berhasil mendapatkan pekerjaan, berapa banyak dari mereka yang tidak memberikan unjuk kerja yang terbaik serta berapa banyak dari mereka yang merasa tidak bahagia dengan pekerjaanya.

Belum lagi kita bicara tentang carut marut dunia pendidikan yang kerapkali dihiasi tidak hanya oleh tawuran pelajar melainkan juga tawuran mahasiswa. Luar biasa “Maha Siswa” julukan yang semestinya dapat dibanggakan dan begitu agung karena Mahasiswa adalah bukan siswa biasa melainkan siswa yang “Maha”. Namun nyatanya ya Tawuran juga.

Apa yang menjadi biang keladi dari kehancuran sistem pendidikan di negeri ini...?

1. Sistem yang tidak menghargai proses
Belajar adalah proses dari tidak bisa menjadi bisa. Hasil akhir adalah buah dari kerja setiap proses yang dilalui. Sayangnya proses ini sama sekali tidak dihargai; siswa tidak pernah dinilai seberapa keras dia berusaha melalui proses. Melainkan hanya semata-mata ditentukan oleh ujian akhir.

2. Sistem yang hanya mengajari anak untuk menhafal bukan belajar dalam arti sesunguhnya

Apa beda belajar dengan menghafal; Produk dari sebuah pembelajaran kemampuan atau keahlian yang dikuasai terus menerus. Contoh yang paling sederhana adalah pada saat anak belajar sepeda. Mulai dari tidak bisa menjadi bisa, dan setelah bisa ia akan bisa terus sepanjang masa. Sementara produk dari menghafal adalah ingatan jangka pendek yang dalam waktu singkat akan cepat dilupakan.

Perbedaan lain bahwa belajar membutuhkan waktu lebih panjang sementara menghafal bisa dilakukan hanya dalam 1 malam saja.

Padahal pada hakekatnya Manusia dianugrahi susunan otak yang paling tinggi derajadnya dibanding mahluk manapun didunia.

Fungsi tertinggi dari otak manusia tersebut disebut sebagai cara berpikir tingkat tinggi atau HOT; yang direpresentasikan melalui kemampuan kreatif atau bebas mencipta serta berpikir analisis-logis; sementara fungsi menghafal hanyalah fungsi pelengkap.

Keberhasilan seorang anak kelak bukan ditentukan oleh kemampuan hafalannya melainkan oleh kemampuan kreatif dan berpikir kritis analisis.

3. Sistem sekolah yang berfokus pada nilai
Nilai yang biasanya diwakili oleh angka-angka biasanya dianggap sebagai penentu hidup dan matinya seorang siswa.

Begitu sakral dan gentingnya arti sebuah nilai pelajaran sehingga semua pihak mulai guru, orang tua dan anak akan merasa rasah dan stress jika melihat siswanya mendapat nilai rendah atau pada umumnya dibawah angka 6 (enam).

Setiap orang dikondisikan untuk berlomba-lomba mencapai nilai yang tinggi dengan cara apapun tak perduli apakah si siswa terlihat setangah sekarat untuk mencapainya.

Nyatanya toh dalam kehidupan nyata, nilai pelajaran yang begitu dianggung-anggungkan oleh sekolah tersebut tidak berperan banyak dalam menentukan sukses hidup seseorang.

Dan lucunya sebagian besar kita dapati anak yang dulu saat masih bersekolah memiliki nilai pas-pasan atau bahkan hancur, justru lebih banyak meraih sukses dikehidupan nyata.

Mari kita ingat-ingat kembali saat kita masih bersekolah dulu; betapa bangganya seseorang yang mendapat nilai tinggi dan betapa hinanya anak yang medapat nilai rendah; dan bahkan untuk mempertegas kehinaan ini, biasanya guru menggunakan tinta dengan warna yang lebih menyala dan mencolok mata.

Sementara jika kita kaji lagi; apakah sesungguhnya representasi dari sebuah nilai yang diagung-agungkan disekolah itu...?

Nilai sesungguhnya hanyalah representasi dari kemampuan siswa dalam “menghapal” pelajaran dan “subjektifitas” guru yang memberi nilai tersebut terhadap siswanya.

Meskipun kerapkali guru menyangkalnya, cobalah anda ingat-ingat; berapa lama anda belajar untuk mendapatkan nilai tersebut; apakah 3 bulan...? 1 bulan..? atau cukup hanya semalam saja..?

Kemudian coba ingat-ingat kembali, jika dulu saat bersekolah, ada diantara anda yang pernah bermasalah dengan salah seorang guru; apakah ini akan mempengaruhi nilai yang akan anda peroleh..?

Jadi wajar saja; meskipun kita banyak memiliki orang “pintar” dengan nilai yang sangat tinggi; negeri ini masih tetap saja tertinggal jauh dari negara-negara maju. Karena pintarnya hanya pintar menghafal dan menjawab soal-soal ujian.

4. Sistem pendidikan yang Seragam-sama untuk setiap anak yang berbeda-beda
Siapapun sadar bahwa bila kita memiliki lebih dari 1 atau 2 orang anak; maka bisa dipastikan setiap anak akan berbeda-beda dalam berbagai hal.

Andalah yang paling tahu perbedaan-perbedaanya. Namun sayangnya anak yang berbeda tersebut bila masuk kedalam sekolah akan diperlakukan secara sama, diproses secara sama dan diuji secara sama.

Menurut hasil penelitian Ilmu Otak/Neoro Science jelas-jelas ditemukan bahwa satiap anak memiliki kelebihan dan sekaligus kelemahan dalam bidang yang berbeda-beda.

Mulai dari Instingtif otak kiri dan kanan, Gaya Belajar dan Kecerdasan Beragam. Sementara sistem pendidikan seolah-oleh menutup mata terhadap perbedaan yang jelas dan nyata tersebut yakni dengan mengyelenggaraan sistem pendidikan yang sama dan seragam.

Oleh karena dalam setiap akhir pembelajaran akan selalu ada anak-anak yang tidak bisa/berhasil menyesuaikan dengan sistem pendidikan yang seragam tersebut.

5. Sekolah adalah Institusi Pendidikan yang tidak pernah mendidik
Sekilas judul ini tampaknya membingungkan; tapi sesungguhnya inilah yang terjadi pada lembaga pendidikan kita.

Apa beda mendidik dengan mengajar...?

Ya.. tepat!, mendidik adalah proses membangun moral/prilaku atau karakter anak sementara mengajar adalah mengajari anak dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa.

Produk dari pengajaran adalah terbangunnya cara berpikir kritis dan kreatif yang berhubungan dengan intelektual sementara produk dari pendidikan adalah terbangunnya prilaku/akhlak yang baik.

Ya..! memang betul dalam kurikulum ada mata pelajaran Agama, Moral Panca Sila, Civic dan sebagainya namun dalam aplikasinya disekolah guru hanya memberikan sebatas hafalan saja; bukan aplikasi dilapangan.

Demikian juga ujiannya dibuat berbasiskan hafalan; seperti hafalan butir-butir Panca Sila dsb. Tidak berdasarkan aplikasi siswa dilapangan seperti praktek di panti-panti jompo; terjun menjadi tenaga sosial, dengan sistem penilaian yang berbasiskan aplikasi dan penilaian masyarakat (user base evaluation).

Jadi wajar saja jika anak-anak kita tidak pernah memiliki nilai moral yang tertanam kuat di dalam dirinya; melainkan hanya nilai moral yang melintas semalam saja dikepalanya dalam rangka untuk dapat menjawab soal-soal ujian besok paginya.

Mari kita renungkan bersama !


COPAS dari  ayahkita.blogspot.com

by ayah edy

Friday, March 30, 2012

Ada Miliaran Bumi Super di Bimasakti

ESO Ilustrasi Bimasakti yang lebih dipadati planet daripada bintang. Studi mengungkap bahwa ada 160 miliar planet di Bimasakti.

GRENOBLE, KOMPAS.com — Penelitian para astronom menunjukkan ada miliaran Bumi Super yang terdapat di Bimasakti. Bumi Super adalah planet dengan massa 1-10 kali Bumi.

Hasil tersebut didapatkan lewat deteksi dan ekstrapolasi dengan mengikutsertakan planet-planet yang mengelilingi bintang redup, yang disebut bintang katai merah.

Untuk melakukan deteksi, tim menggunakan instrumen Harps yang ada di teleskop 3,6 meter di Observatorium La Silla, Cile. Harps mendeteksi planet berdasarkan pengaruh gravitasi planet itu pada bintangnya.

"Observasi terbaru kami dengan Harps menunjukkan bahwa 40 persen bintang katai merah memiliki Bumi Super di zona layak huni, tempat air cair bisa terdapat di permukaannya," kata Xavier Bonfils dari Observatoire des Sciences de l'Univers de Grenoble, Perancis.

"Karena bintang katai merah sangat umum—ada 160 miliar di Bimasakti—ini membuat kami berkesimpulan bahwa ada puluhan miliar planet macam ini (Bumi Super) di galaksi kita saja," tambah Bonfils yang memimpin penelitian, seperti dikutip BBC, Rabu (28/3/2012).

Bonfils dan rekannya sebelumnya melakukan deteksi adanya Bumi Super pada 102 bintang katai merah. Kemudian, mereka menemukan 9 planet Bumi Super dengan dua di antaranya berada di zona layak huni.

Data kemudian diolah dengan memasukkan pula bintang-bintang yang tak memiliki planet. Data yang diolah akan menunjukkan seberapa umum planet Bumi Super di bintang katai merah.

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa Bumi Super di zona layak huni dijumpai pada 41 persen kasus, dengan rentang antara 28 dan 95 persen.

Menurut para astronom, ada sekitar 100 Bumi Super yang ada pada zona layak huni, pada jarak kurang dari 30 tahun cahaya dari bintang katai merah induknya.

Lalu, adakah kehidupan di planet Bumi Super itu?

Karena bintang katai merah sering mengalami erupsi hingga mengirim sinar-X dan ultraviolet, maka kemungkinan kehidupan di Bumi Super yang berjumlah banyak itu tampaknya kecil.

Meski demikian, peneliti akan tetap menyelidiki kemungkinannya. Mereka akan melihat tanda-tanda adanya molekul kehidupan, seperti oksigen.
Sumber : BBC

Wednesday, February 15, 2012

Remaja Muslim, Valentine's Day dan Perlawanan Budaya



Setiap tanggal 14 Pebruari ada hiruk pikuk remaja dunia. Mereka punya hajat besar dengan merayakan sebuah hari yang dikenal dengan Valentine’s Day (Hari Valentine). Hiruk pikuk itu kini tidak lagi menjadi milik bangsa ataupun pemeluk agama tertentu namun telah menjadi gawe semua lapisan remaja dimanapun dan dengan agama apapun. Tak peduli itu di kalangan Kristen Barat, Hindu India ataupun muslim Indonesia. Valentine’s Day menjadi milik bersama dan setiap orang seakan wajib untuk merayakannya.
Ada pertanyaan yang patut kita kemukakan. Apa sebenarnya Valentine’s Day itu? Apakah esensinya? Dan bolehkan remaja muslim ikut berkecimpung merayakannya? Apakah perayaan itu bagian dari kultur dan peradaban Islam sehingga kita harus ikut menyemarakkannya?

Backgound Historis Valentine’s Day
Ada berbagai versi tentang asal muasal Valentin’s Day ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa ia berasal dari seorang yang bernama Saint (Santo) Valentine seorang suci kalangan Kristen yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani. Dia meninggal pada tanggal 14 Pebruari 269 M., di hari yang sama saat dia menyerahkan ucapan cinta. Dalam legenda yang lain disebutkan bahwa Saint Valentine meninggalkan satu catatan selamat tinggal pada seorang gadis anak sipir penjara yang menjadi temannya. Dalam catatan itu dia menuliskan tanda tangan yang berbunyi “From Your Valentine” ada pula yang menyebutkan bahwa bunyi pesan akhir itu adalah ; Love From Your Valentine”.
Cerita lain menyebutkan bahwa Valentine mengabdikan dirinya sebagai pendeta pada masa pemerintahan Kaisar Claudius. Claudius kemudian memenjarakannya karena dia menentang Kaisar. Penentangan ini bermula pada saat Kaisar berambisi untuk membentuk tentara dalam jumlah yang besar. Dia berharap kaum lelaki untuk secara suka rela bergabung menjadi tentara. Namun banyak yang tidak mau untuk terjun ke medan perang. Mereka tidak mau meninggalkan sanak familinya. Peristiwa ini membuat kaisar naik pitam. Lalu apa yang terjadi? Dia kemudian menggagas ide “gila”. Dia berpikiran bahwa jika laki-laki tidak kawin, maka mereka dengan tidak segan-segan akan bergabung menjadi tentara. Makanya, dia memutuskan untuk tidak mengijinkan laki-laki kawin.
Kalangan remaja menganggap bahwa ini adalah hukum biadab. Valentine juga tidak mendukung ide gila ini. Sebagai seorang pendeta dia bertugas menikahkan lelaki dan perempuan. Bahkan setelah pemberlakuan hukum oleh kaisar, dia tetap melakukan tugasnya ini dengan cara rahasia dan ini sungguh sangat mengasyikkan. Bayangkan, dalam sebuah kamar hanya ada sinar lilin dan ada pengantin putra dan putri serta Valentine sendiri.Peristiwa perkawinan diam-diam inilah yang menyeret dirinya ke dalam penjara dan akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Walaupun demikian dia selalu bersikap ceria sehingga membuat beberapa orang datang menemuinya di dalam penjara. Mereka menaburkan bunga dan catatan-catatan kecil di jendela penjara. Mereka ingin dia tahu bahwa mereka juga percaya tentang cinta dirinya. Salah satu pengunjung tersebut adalah seorang gadis anak sipir penjara. Dia mengobrol dengannya berjam-jam. Di saat menjelang kematiannya dia menuliskan catatan kecil “Love from your Valentine."
Dan pada tahun 496 Paus Gelasius menseting 14 Pebruari sebagai tanggal penghormatan buat Saint Valentine. Akhirnya secara gradual 14 Pebruari menjadi tanggal saling tukar menukar pesan kasih dan Saint Valentine menjadi patron dari para penabur kasih. Tanggal ini ditandai dengan saling mengirim puisi dan hadiah seperti bunga dan gula-gula. Bahkan sering pula ditandai dengan adanya kumpul-kumpul atau pesta dansa.
Dari paparan di atas kita tahu bahwa kisah cinta Valentine ini merupakan kisah cinta milik kalangan Kristen dan sama sekali tidak memiliki benang merah budaya dan peradaban dengan Islam. Namun kenapa remaja-remaja muslim ikut larut dan merayakannya?
Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan terhadap pertanyaan tersebut :
Pertama, remaja muslim kita tidak tahu latar belakang sejarah Valentine’s Day sehingga mereka tidak merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja muslim banyak yang memiliki kesadaran sejarah yang rendah.
Kedua, adanya anggapan bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja yang kini hidup di –untuk meminjam McLuhan—global village.
Ketiga, keroposnya benteng pertahanan relijius remaja kita sehingga tidak mampu lagi menyaring budaya dan peradaban yang seharusnya mereka “lawan” dengan keras.
Keempat, adanya perasaan loss of identity kalangan remaja muslim sehingga mereka mencari identitas lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global.
Kelima, hanya mengikuti trend yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman.
Keenam, adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang semakin ganas.
Mungkin masih ada deretan jawaban lain yang bisa diberikan terhadapa pertanyaan di atas.

Islam, Cinta dan Valentine’s Day
Bisa kita lihat pada bahasan di atas bahwa Valentine Day merupakan peringatan “cinta kasih” yang diformalkan untuk mengenang sebuah peristiwa kematian seorang pendeta yang mati dalam sebuah penjara. Yang kemudian diabadikan oleh gereja lewat tangan Paus Gelasius. Maka merupakan sebuah kurang cerdas jika kaum muslim—dan secara khusus kalangan remajanya—ikut melestarikan budaya yang sama sekali tidak memiliki ikatan historis, emosioal dan religius dengan mereka. Keikut sertaan remaja muslim dalam “huru-hura” ini merupakan refleksi kekalahan mereka dalam sebuah pertarungan mempertahankan identitas dirinya.
Mungkin ada sebagian remaja yang akan bertanya: Kenapa memperingati sebuah tragedi cinta itu tidak boleh dilakukan? Apakah Islam melarang cinta kasih? Bukankah Islam menganjurkan pemeluknya kasih pada sesama?
Tak ada yang menyangkal bahwa Islam tidak melarang cinta kasih. Islam sendiri adalah agama kasih dan menjunjung cinta pada sesama. Dalam Islam cinta demikian dihargai dan menempati posisi sangat terhormat, kudus dan sakral. Islam sama sekali tidak phobi terhadap cinta. Islam mengakui fenomena cinta yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Namun demikian Islam tidak menjadikan cinta sebagai komoditas yang rendah dan murahan. Cinta yang merupakan perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihanya dengan penuh gairah, lembut dan kasih sayang dalam Islam dibagi menjadi tiga tingkatan yang kita tangkap dari ayat Al-Quran: Katakanlah: Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kerabat-kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerusakannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu senangi lebih kau cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang fasik (At-Taubah: 24)
Dalam ayat ini menjadi jelas kepada kita semua bahwa cinta tingkat pertama adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya yang kemudian disebut dengan cinta hakiki, kemudian cinta tingkat kedua adalah cinta kepada orang tua, isteri, kerabat, dan seterusnya. Sedangkan cinta tingkat ketiga adalah cinta yang mengedepankan cinta harta, keluarga dan anak isteri melebih cinta pada Allah, Rasul dan jihad di jalan Allah.
Cinta hakiki akan melahirkan pelita. Cinta hakiki yang dilahirkan iman akan senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan nurani. Cinta hakiki akan melahirkan jiwa rela berkorban dan mampu menundukkan hawa nafsu dan syahwat birahi. Cinta akan menjadi berbinar tatkala orang yang memilikinya mampu menaklukkan segala gejolak dunia. Cinta Ilahi akan menuntun manusia untuk hidup berarti dan setelah itu mati—untuk meminjam kata Khairil Anwar.
Islam memandang cinta kasih itu sebagai rahmat. Maka seorang mukmin tidak dianggap beriman sebelum dia berhasil mencintai saudaranya laksana dia mencinta dirinya sendiri (HR. Muslim), perumpamaan kasih sayang dan kelembutan seorang mukmin adalah laksana kesatuan tubuh; jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya : tidak bisa tidur dan demam (Bukhari Muslim). Seorang mukmin memiliki ikatan keimanan sehingga mereka menjadi laksana saudara (Al-Hujarat: 13), dan cinta yang meluap sering kali menjadikan seorang mukmin lebih mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan (Al-Hasyr : 9 ).
Di mata Islam mencinta dan dicinta itu adalah “risalah” suci yang harus ditumbuhsuburkan dalam dada setiap pemeluknya. Makanya Islam menghalalkan perkawinan dan bahkan pada tingkat mewajibkan bagi mereka yang mampu. Islam tidak menganut “selibasi” yang mengibiri fitrah manusia seperti yang terjadi dalam ajaran Kristen dan Hindu, serta Budha yang menganut sistem sosial yang dikenal dengan kependetaan. Sebab memang tidak ada rahbaniyah dalam Islam.
Valentine Day yang merupakan ungkapan kasih selain “hamil” nilai-nilai relijus yang bukan bagian dari agama kita juga saat ini dirayakan dengan menonjolkan aksi-aksi permisif. Dengan lampu remang, dan lilin-lilin temaram. Peniruan pada perilaku agama lain dan sekaligus melegalkan pergaulan bebas inilah yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.

Islam dan Perlawanan Budaya
Sebagai agama pamungkas Islam dengan tegas memposisikan diri sebagai agama yang diridhai Allah dan siapa saja yang ingin mencari agama selain Islam maka agamanya tidak akan diterima (Lihat: Ali Imran ayat 19 dan 185). Dan sebagai agama terakhir Islam telah melakukan beberapa pembenaran dari berbagai penyelewengan yang terjadi dalam agama Kristen dan agama Yahudi. Islam mengharuskan pemeluknya untuk membentengi diri dari semua budaya yang datang dari kalangan Yahudi dan Kristen. Kaum muslimin harus memiliki budaya dan identitasnya sendiri yang bersumber pada norma dan ajaran agamanya.
Setelah kita mengetahui bahwa Valentine’s Day sama sekali tidak memiliki kaitan sejarah dengan Islam, maka menjadi tugas semua remaja Islam untuk menghindari dan tidak ikut serta dalam sebuah budaya yang tidak bersumber dari ajarannya. Valentine’s Day bukanlah simbol dan identitas remaja muslim karena ia merupakan hari raya kalangan remaja Kristen. Dan kita persilahkan saudara-saudara kita dari remaja kalangan Kristen untuk merayakannya sesuai dengan keyakinan mereka.
Ada satu hadits yang sangat terkenal yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah bersabda: Barang siapa yang menyerupai sebuah kaum maka dia menjadi bagian dari mereka (Abu Daud). Hadits ini mengisyaratkan bahwa meniru-niru budaya-reliji orang lain yang tidak sesuai dengan tradisi Islam memiliki resiko yang demikian tinggi sehingga orang tersebut akan dianggap sebagai bagian dari orang yang ditiru.
Sebagaimana juga firman Allah, Barang siapa diantara kamu menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonga mereka (Al-Maidah: 51). Sabda Rasulullah, "Kau akan bersama-sama dengan orang yang siapa yang kau cintai" (Bukhari Muslim).
Banyak contoh yang bisa kita kemukakan dari kontra-kultural yang dilakukan Rasulullah untuk mengokohkan identitas umatnya. Saat Rasulullah datang ke Madinah dia melihat penduduk Madinah bersuka ria dalam dua hari. Kemudian Rasulullah bertanya: Hari apa dua hari itu? Pada sahabat menjawab: Dua hari tadi adalah hari dimana kami bermain-main dan bersuka cita di masa jahiliyah! Maka bersabdalah Rasulullah: Sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang lebih baik bagi kalian: Iedul Adha dan Iedul Fithri. (HR. Abu Daud) Rasulullah misalnya melarang umatnya makan dengan tangan kiri karena cara itu adalah cara makan syetan. (HR. Muslim)
Larangan Rasulullah untuk kembali memperingati 2 hari dimana orang-orang Madinah biasa bermain di zaman jahiliyah merupakan perlawanan budaya terhadap budaya jahilyah dan digantikan dengan budaya-reliji baru. Sedangkan pelarangannya agar tidak makan dengan tangan kiri juga merupakan perang etika Islam dengan etika syetan.
Allah tidak menghendaki kaum muslimin menjadi “buntut” budaya lain yang berbenturan nilai-nilainya dengan Islam. Peringatan Allah pada ayat di atas membersitkan pencerahan pada kita semua bahwa Islam dengan ajarannya yang universal harus dijajakan dengan rajin pada dunia mengenal Islam dengan cara yang benar dan agar Islam menjadi “imam” peradaban dunia kembali. Sebab kehancuran peradaban Islam telah menimbulkan kerugian demikian besar pada tatanan normal manusia yang terkikis secara moral dan ambruk secara etika.
Kemunduran peradaban Islam telah menjebak dunia pada arus kegelapan akhlak dan moralitas. Kehancuran peradaban Islam ini oleh Hasan Ali An-Nadawi dianggap sebagai malapetaka terbesar dalam perjalanan peradaban manusia. Dia berkata, “Kalaulah dunia ini mengetahui akan hakikat malapetaka ini, berapa besar kerugian dunia dan kehilangannya dengan kejadian ini, pastilah dunia hingga saat ini akan menjadikan kemunduran kaum muslimin sebagai hari berkabung yang penuh sesal, tangis dan ratapan. Setiap bangsa di dunia ini akan mengirimkan tanda berduka cita...
Apa yang menimpa remaja muslim saat ini tak lebih dari dampak keruntuhan peradaban Islam yang sejak lama berlangsung. Remaja muslim masa kini yang “buta” terhadap peradabannya sendiri diakibatkan munculnya serangan budaya yang gencar menusuk jantung pertahanan budaya kaum muslimin. Kemampuan mereka untuk bertahan dengan ideal-ideal Islam yang rapuh menjadikan mereka terseret arus besar peradaban dunia yang serba permisif, hedonis dan materialistik. Lumpuhnya pertahanan mereka terhadap gencarnya serangan budaya lain yang terus menggelombung menjadikan mereka harus takluk dan menjadi “budak” budaya lain.
Maka sudah saatnya bagi remaja muslim untuk memacu diri melakukan gerilya besar dengan mengusung nilai-nilai Islam sehingga dia mampu mengendalikan diri untuk tidak terpancing apalagi larut dengan budaya-reliji lain. Generasi muda muslim hendaknya mampu membangun benteng-benteng diri yang sulit ditembus oleh gempuran-gempuran perang pemikiran yang setiap kali akan mengoyak-ngoyak benteng pertahanan imannya.
Perlawanan budaya ini akan bisa dilakukan jika remaja muslim mampu mendekatkan dirinya dengan poros ajaran Islam dan mampu melakukan internalisasi diktum-diktum itu ke dalam kalbu, dan sekaligus terejawantahkan ke dalam aksi. Remaja muslim yang mampu menjadikan keimanannya “hidup” akan mampu bergumul dan bahkan memenangkan pertarungan yang sangat berat di hadapannya. Remaja muslim yang dengan setia menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai panduan hidupnya akan mampu menjadi seorang muslim tahan banting dan imun terhadap virus budaya global yang mengancam identitasnya. Seorang remaja muslim yang menjadi the living Quran akan mampu melakukan kontra aksi terhadap semua tantangan yang dihadapinya. Dia akan mampu menangkis serangan informasi satu arah yang kini datang dari Barat.
Apa yang mesti dilakukan oleh kalangan muda Islam di zaman serba kompleks ini?
Dalam pandangan saya tidak ada yang lebih baik untuk dilakukan kecuali kita semua kembali merapatkan jiwa dan kesadaran kita ke akar norma agama kita sendiri, lalu kita gali sedalam-dalamnya, kita renungkan semaksimal mungkin, kita aplikasikan dalam hidup ini. Dan kita pasarkan ajaran-ajaran Islam itu dengan sepenuh raga dan jiwa. Hanya dengan spirit berjuang yang tinggi dan komitmen yang kuat remaja muslim akan lahir kembali dalam sosok yang cemerlang dengan Islam sebagai panji.
Samson Rahman
Alumni International Islamic University, Islamabad, Pakistan
sumber : eramuslim

Syahid kah Orang Yang Kecelakaan?


Abdul Rozak (40) pengusaha roti, tewas seketika tatkala mobil Hijet 1000 No. Pol D-1474-DC yang dikemudikannya dihantam truk kontainer. Musibah yang terjadi pukul 05.00 di sekitar Kebon Karet, Jalan Raya Cibening Purwakarta, beberapa kilometer sebelum Tol Cikampek-Karawang, meremukkan batok kepala lelaki asal Palembang itu. Abdul Rozak tak sempat kembali ke rumahnya untuk membeli bahan-bahan pembuat roti. Karena ajal telah lebih dulu menjemputnya tanpa ia duga. (sebagaimana dilaporkan Mingguan Dialog edisi 22-28 September) tk menyebutkan lebih jauh status korban. Seperti isteri dan berapa anak yang ditinggalkannya, tak tertulis. Namun melihat usia korban, ia kemungkinan berstatus seorang kepala keluarga).
Taroklah kita berasumsi, tatkala Abdul Rozak hendak berangkat mencari nafkah, niatnya karena Allah. Maka insya Allah ia tergolong mendapat akhir yang baik (husnul khotimah). Almarhum layak disetarakan sebagai seorang yang sedang berjihad. Dengan catatan tambahan tentunya, kalau saja saat ia mulai melangkahkan kakinya ke luar rumah hingga maut menjemputnya, motivasinya tetap istiqomah mencari rezeki yang halal untuk menghidupi keluarganya.
Kita berdoa kepada Allah, mudah-mudahan pedagang roti itu memang seorang ayah yang taqwa. Yang senantiasa menjaga keluarganya dari rezeki yang haram. Memelihara pandangannya dari melihat pemandangan yang bukan haknya untuk ia lihat. Menjaga lisannya dari menggunjing, memfitnah, mengumbar lelucon-lelucon beraroma cabul, memaki orang dengan kasar, mengejek serta merendahkan orang lain, menipu, dan lain-lain. Semoga.
Seandainya pergulatan Abdul Rozak dalam menafkahi keluarganya setiap hari, senantiasa diawali dengan untaian doa kepada Allah. Jika saja dalam kesibukannya bekerja sehari-hari ia tak pernah meninggalkan ibadah dan taat kepada Allah. Pendek kata, andaikan hari-harinya ia niatkan semata-mata untuk beribadah dan melaksanakan perintahNya. Maka kematian Abdul Rozak layak disebut sebagai mati syahid di jalan Allah.
Rasul dalam salah satu wasiatnya menerangkan, seorang kepala keluarga yang sungguh-sungguh mencari rezeki yang halal, lalu ia mati. Orang itu dalam penilaian beliau saw, mati syahid di jalan Allah.
Allah telah menetapkan laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Karena secara fitrah penciptaannya, bukan hanya pria diberikan kelebihan dalam segi fisik (otot), perasaan, tapi juga akal. Karena itulah Allah meletakkan beban kewajiban yang lebih atas pria terhadap kaum wanita. Salah satu kewajiban paling mendasar ialah pria sebagai pelindung dan pengayom kaum wanita.
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (kaum pria) atas sebagian yang lain (kaum wanita). Karena mereka telah (diwajibkan) menafkahkan sebagian harta mereka (terhadap isteri)." (QS 4:34)
Tak usahlah kita perdebatkan soal hak perlindungan kaum wanita yang mesti mereka peroleh dari kaum pria. Ini bukan soal supremasi dan dominasi kaum lelaki terhadap kaum wanita. Tapi soal tanggung jawab fitrah. Memang kita akui, sampai saat ini kaum feminis masih saja meributkan soal hak-haknya itu yang mereka anggap telah "dirampas" kaum pria. Kita khawatir bila tanggung jawab melindungi (mencari nafkah) itu sama-sama dibebankan kepada wanita, banyak wanita yang akan kepayahan sendiri nantinya. Karena konsekuensinya, jam kerja mereka harus sama dengan kaum pria tanpa cuti haid maupun cuti hamil, misalnya. Lebih parah lagi, banyak kaum pria yang nantinya enggan bertanggungjawab memberi nafkah pada istrinya. Karena sebagian kewajibannya dianggap sudah dihendel kaum wanita.
Lantaran itu Rasulullah menekankan kaum pria giat bekerja untuk menghidupi serta berusaha keras membahagiakan keluarga mereka. Sebaliknya beliau mencela para pemalas, yang tak pernah berusaha untuk membahagiakan keluarganya. Apalagi bila ia berlaku kasar pada anak dan istrinya.
"Taqwalah kamu kepada Allah di dalam mengurus perempuan istri--pen). Sebab dia adalah dalam lingkungan penjagaanmu. Dan hendaklah kamu cukupkan belanjanya dan pakaiannya dengan pantas." (HR Muslim)
"Yang paling berat dalam timbangan orang mukmin adalah akhlaq yang mulia. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melakukan perbuatan keji lagi hina." (Shahih al-Jami')
"Berdosalah seseorang yang menyia-nyiakan tanggungan yang seharusnya ia beri makan," (HR Muslim)
Sungguh mulia para mujahid yang telah membanting tulang untuk menafkahi keluarganya dengan cara halal. Yakni seorang ayah yang tak pernah mengotori hartanya dengan yang haram.Yang keras menolak uang suap, menghindari praktik-praktik ilegal, dan tindakan manipulatif apapun.
Sungguh ajaib para mujahid yang telah bekerja serius menghidupi keluarganya untuk merengkuh ridhoNya. Yakni ayah yang selalu ingat, betapa anak dan isteri di rumah selalu setia mendoakan keselamatannya. Seorang suami yang selalu memelihara kesuciannya sebagaimana isterinya di rumah selalu menjaga kehormatannya dari pandangan mata dan jamahan tangan-tangan liar. Hingga ia tak mungkin mau mengumbar pandangannya pada wanita-wanita yang bukan mahromnya. Apalagi sampai bercumbu dan berkencan dengan wanita teman sejawat atau sekretarisnya. Betapa mengagumkan para mujahid yang ikhlas berletih-letih bekerja untuk mengantarkan keluarganya menuju rahmat Allah.Yakni mereka yang tidak menjerumuskan dirinya dalam praktik kerja dan pergaulan mesum. Menjauhkan mengeksploitasi perempuan sebagai umpan bisnis. Menolak lobi-lobi bisnis dilakukan di tempat-tempat mesum sembari mengumbar cerita-cerita cabul. Sementara aroma khamar dan bau parfum wanita menghiasi lobi-lobi mereka. Tidak! Para mujahid pasti akan mengenyahkan praktik-praktik bisnis terkutuk itu. Mereka adalah para hamba yang selalu menjauhkan diri dari cerita-cerita skandal yang menjijikkan.
Apapun profesi mereka, andaikan mereka berusaha keras menjaga diri dan keluarga mereka dari yang diharamkan Allah. Entah mereka sebagai penarik becak, pedagang kaki lima, pengemudi mikrolet, penjual nasi, pedagang sayuran, pemulung, penjaja mainan anak-anak di perempatan-perempatan lampu merah, dan lain sebagainya. Sungguh setiap tetes keringat dan tarikan napas mereka, insya Allah akan dicatat sebagai tetesan darah jihad di jalan Allah. Mereka pantas disebut mujahid.
"Dan sesungguhnya engkau tidak akan memberi nafkah yang diniatkan karena Allah, kecuali engkau akan mendapatkan balasannya. Termasuk apa yang engkau berikan ke dalam mulut istrimu." (HR Bukhori-Muslim)
Mujahid tidak layak disandangkan pada para ayah yang dalam bekerja tak pernah mengindahkan pantangan-pantangan Allah.Yakni mereka yang gemar melakukan praktik-praktik suap dan tindakan manipulatif. Mengeksploitasi wanita untuk promosi bisnis mereka. Ngerumpi dengan kolega yang hobi melontarkan kata-kata dusta dan humor-humor mesum. Yang senang membeberkan masalah-masalah privasi rumah-tangganya dihadapan koleganya. "Eh...semalam bini gua..." dan seterusnya, dan seterusnya. Mereka yang terbiasa dengan dunia perselingkuhan. Na'udzubillahi min dzalik.
Kelompok terakhir ini, hakikatnya tak layak disebut kepala keluarga. Karena mereka tak mampu memimpin diri mereka sendiri, apalagi untuk memimpin keluarga. Kepada mereka tak pantas diberi gelar mujahid, betapapun mereka telah memberikan harta melimpah pada anak-isteri mereka. Sebab mereka hakikatnya adalah para pengkhianat. Yang telah menghianati diri mereka sendiri, menghianati amanah keluarga, amanah masyarakat-bangsa-dan negara, dan tentunya menghianati amanah Allah swt.
Mudah-mudahan Anda bukan termasuk kelompok terakhir.Karena Anda adalah mujahid, dan Anda layak mendapat bintang! (stn)
sumber : eramuslim

Tuesday, February 14, 2012

Photoku di saku anaku


Seperti hari-hari kemarin,Tetap saja ada perasaan sedih yang menghantui relung hati Hamzah. Ayah berumur 29 tahun itu terlihat sering murung. Sedihnya Hamzah, bukan karena persoalan besar, bukan juga permasalahan ekonomi keluarga. Namun, kesedihannya karena satu pertanyaan yang dilontarkan pemateri ketika mengikuti acara Smart Parenting.
Bagaimana caranya untuk mengetahui kalo anak berumur 1-5 tahun menyayangi orang
Tuannya?
 Ya, pertanyaan itulah yang manjadi beban pikiran dirinya saat ini. Meskipun juga Hamzah mengakui kalo dirinya bukanlah ayah yang baik. Marah adalah hal yang wajar terjadi. Namun, marah ketika terlihat oleh anak berusia 2 tahun adalah perkara yang berbahaya untuk perkembangan emosionalnya. Dan Hamzah mengakui hal itu. Mulai hari itu ia bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anaknya.
Mulai saat itu, setiap hari Hamzah pulang kantor dengan tergesa-gesa. Sebab hanya satu tujuannya. Bagaimana mendapatkan jawaban dari Ridwan anaknya ! Bermain dan bercengkerama dengan anaknya lebih lama adalah solusi yang tepat untuk mendapatkan jawaban kata Iya. Hari itu Hamzah membeli bola berukuran besar. Lebih besar dari ukuran tubuh Ridwan. Mereka bermain lebih lama. Hamzah rela menjadi penjaga gawang yang berpura-pura jatuh ketika menangkap bola. Dan itu terjadi berulang-ulang hingga mengundang tawa Ridwan. Hingga mereka letih bermain. Hamzah mengajak Ridwan duduk sebentar. Hamzah mengambikan segelas air minum yang akan diminum berdua. Pikiran Hamzah, Ini saat yang tepat menanyakannya.
Nak, Ridwan sayang sama abi ga ? Kali ini Ridwan menatap wajah Hamzah. Hamzah menanti..tiba-tiba Ridwan berkata Abi, ayo main bola lagi !. Hamzah terdiam, mungkin pertanyaan itu ditanyakan ketika suasana tidak tepat pikirnya. Malam harinya, Hamzah membacakan buku Akhlaq Islami kepada anaknya. Kali ini Hamzah membacanya dengan sabar dan lebih lama dari biasanya. Malam itu 9 buku dibacanya sampai habis. Hingga ketika anaknya terlihat mengantuk, Hamzah berinisiatif untuk menyeka punggung Ridwan. Ketika usapan demi usapan dilakukannya, terbesit keingginan untuk menanyakan kepada anaknya Nak, Ridwan sayang ka sama abi?”… Ridwan terdiam, ternyata Ridwan keburu tidur sebelum ditanya. Hmm.biarlah, mungkin ia letih bermain tadi siang. Sambil mengusap punggung, dipandanginya wajah anaknya. Hamzah berkata di telingga anaknya. Nak, maafkan abi jika ternyata abi bukanlah ayah yang baik untukmu. Hingga engkau sulit mengatakan kata Iya. Tapi biarlah, abi akan berusaha menjadi ayah yang baik. Malam pun berlalu, tanpa jawaban yang diimpikannya.
Sepulang shalat subuh, dompetnya berserakan! Ridwan ternyata telah bangun ketika Hamzah ke masjid. Foto dan tanda pengenal berceceran kemana-mana. Dengan sabar Hamzah mengambilnya dan memperbaikinya kembali. Hamzah berkata ke anaknyaJangan dibuka dompet abi ya, disini banyak tanda pengenal yang penting. Nanti kalo hilang bagaimana ? Ridwan mengangguk tanda setuju. Oke! Ayo kita toss dulu kata Hamzah. Dan Ridwan pun mengangkat dan membuka jarinya untuk toss dan tersenyum. Ok ummi, ayo berangkat kata Hamzah. Waktu menunjukkan pukul 06.50. eh,ternyata Ridwan tak mau ganti baju. Bajunya yang dipake tidur tidak mau digantinya. Baju bermotif mobil traktor dengan saku di depan itu terlihat kumal. Tapi Ridwan tetap tak mau ganti baju. Bahkan sampai menangis ketika bajunya mau dilepas. Karena takut terlambat ke kantor, maka biarlah Ridwan tidak mandi dan tak mau ganti baju. Sore itu, Hamzah pulang tak lagi tergesa-gesa. Toh Ridwan tak menunjukkan itikad mengucapkan kata-kata Iya untuk dirinya. Maka kali ini Hamzah melakukan aktifitas seperti biasa. Menjemput Ridwan di rumah nenek yang ternyata memakai baju yang sama dengan baju tadi pagi. Kata nenek Ridwan ngak mau ganti baju, dia jingkar ( Menangis hebat ) kalo bajunya mau dilepas Malam itu Hamzah tak ingin bermain bola bersama anaknya. Hamzah menggiring Ridwan untuk tidur lebih awal. Maka diiringilah tidur Ridwan dengan tilawah.Setelah terlelap tidur. Hamzah meminta istrinya untuk mengganti baju Ridwan yang kumal karena besok pagi giliran Hamzah yang mencuci baju. Sepulang shalat subuh, Ridwan belum bangun. Tumpukan baju satu persatu dicucinya. Hingga tiba pada baju bermotif traktor Ridwan. Baju yang dipake seharian. Ketika mencuci, Hamzah menemukan foto 4×6 dirinya di saku baju RidwanDan hal itulah yang membuat Ridwan tersenyum dan berkata dalam hati Tak usahlah engkau berkata Iya Nak. Abi sudah tahu jawabannya”…… Anak-anak Belajar Dari Kehidupannya
jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan toleransi ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dorongan ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan pujian ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan sebaik-baik perlakuan ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan rasa aman ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dukungan ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan kasih sayang dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam kehidupannya (dorothy law nolie)
“Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang kecil ,” kata Rasulullah saw.
Ibnu Abbas r.a. berkata, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Ajarlah, permudahlah dan jangan persulit! Gembirakanlah dan jangan takut-takuti! Jika salah seorang dari kalian marah hendaklah berdiam diri!” (H.R. Ahmad dan Bukhari)
Rasulullah Saw bersabda: ’Barangsiapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka. (HR Bukhari, Muslim, dan At Turmudzi).

Penulis Muhammad Arafah, ST
Di Share dengan beberapa tambahan oleh Kisah Penuh Hikmah http://virouz007.wordpress.com/

Thursday, February 9, 2012

Justin Bieber Idolaku



23 April lalu 2011, Justin Bieber mengadakan konser di Indonesia. Gimana reaksi kamu sebagai remaja mendengar berita ini? Heboh, jingkrak-jingkrak kegirangan kayak orang kesurupan, nangis terharu, bersikap lebay atau malah biasa aja alias gak terpengaruh?
Beragam reaksi remaja mendengar kabar si Justin datang. Reaksi ini terjadi adalah efek dari pemahaman remaja akan sesuatu dalam hal ini adalah memahami siapa si Justin ini sebenarnya. Bila yang ada di benaknya sosok cowok ganteng yang lincah dan bersuara seksi, maka secara otomatis kamu sebagai remaja cewek akan berteriak histeris kegirangan. Beda lagi bila yang ada dalam pemahaman kamu tentang cowok yang satu ini adalah sosok remaja belasan tahun yang menjadi korban industry music di era kapitalis, maka yang muncul adalah sikap kasihan. Ya…anak seusia itu sudah dieksploitasi demi gemuknya kantong para pemodal dan menjadi berhala baru di era yang katanya modern ini.
Fenomena Justin Beiber bisa menjadi berhala di dunia ini. Berhala? Bukankah si Justin tidak disembah? Berhala bukan untuk disembah saja tapi juga termasuk ke dalam kategori untuk diikuti, diidolakan hingga ditangisi secara histeris sebagaimana para fans itu ke idolanya. Padahal, si Justin kenal juga enggak dengan kamu dan para remaja lain. Trus ngapain juga pake acara teriak-teriak histeris bahkan sampai ada yang menangis dan pingsan? Biasanya ini adalah reaksi yang muncul bila para remaja merasa ‘excited’ yang berlebihan. Bahkan banyak juga remaja cewek yang kepingin banget bisa dapat kesempatan untuk mencium atau dicium oleh si Beiber ini. Yucks!
    ....Sobat muda muslim, nyadar donk! Untuk apa kamu melakukan kehisterisan semacam itu hanya untuk cowok non muslim bernama Justin Bieber?...
Sobat muda muslim, nyadar donk! Setiap perbuatan itu selalu ada pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Apa jawaban yang bakal kamu sodorkan bila ada pertanyaan, untuk apa kamu melakukan kehisterisan semacam itu hanya untuk cowok non muslim bernama Justin Bieber? Nggak usah nunggu ditanya di akhirat, sekarang aja coba kamu jawab dan renungkan pertanyaan tersebut di atas. Kenal juga enggak, dapat kemanfaatan darinya apalagi. Yang ada malah kamu sering lalai melaksanakan kewajiban karena keasyikan mendengarkan si Beiber nyanyi plus jejingkrakkan.
Rencana konser si Beiber di Indonesia membuat banyak remaja seusia kamu pada berebut membeli tiket yang harganya tak bisa dibilang murah. Buat sodaqoh pelit tapi tak sayang menghamburkan uang untuk beli tiket si Beiber. Aneh! 1 Juta penonton dengan tiket seharga 500 ribu hingga 2 juta terjual langsung ludes dalam beberapa hari saja. Calon penonton yang ngantri pun berjubel jauh hari demi mendapatkan selembar tiket untuk nonton si Justin.

Coba bandingkan dengan acara lain semisal bedah buku, seminar, atau training keislaman, para remaja pada ogah datang. Boro-boro mau bayar mahal, udah gratis saja masih tetap jarang yang mau datang. Memang sih, yang namanya surge itu lapang. Sebaliknya, yang namanya neraka itu berjubel penuh penghuninya. Hampir mirip dengan fenomena acara keislaman versus maksiat. Tergantung kamu sendiri wahai remaja, untuk pintar-pintar memilih tujuan mana yang akan kamu tuju.
Remaja cerdas so pasti pilih acara yang berkualitas demi meningkatkan iman dan takwa, bukan sebaliknya. Jadi, udah deh gak usah ikut-ikutan demam si Beiber. Dia gak bisa menyelamatkan kamu dari panasnya siksa neraka kok. Rugi berat deh! [ria fariana/voa-islam.com]